Repelita Jakarta - Salwan Momika, seorang pengungsi Irak yang dikenal dengan aksinya membakar Alquran di Swedia, tewas ditembak di rumahnya di Sodertalje, Swedia, pada Rabu malam. Dalam insiden tersebut, Momika bersama dengan seorang pengunjuk rasa lain, Salwan Najem, menjadi korban penembakan oleh orang tak dikenal.
Pihak berwenang Swedia mengonfirmasi kejadian tersebut dan telah menahan lima orang terkait dengan pembunuhan ini. Penembakan terjadi sekitar pukul 11 malam, dengan Momika diketahui sedang melakukan siaran langsung pada saat kejadian. Investigasi sedang berlangsung, dan pihak berwenang masih memeriksa kemungkinan motif di balik serangan tersebut.
Pembakaran Alquran yang dilakukan oleh Momika dan Najem pada 2023 memicu kecaman luas dari negara-negara mayoritas Muslim. Insiden tersebut juga memicu protes keras, termasuk serangan terhadap kedutaan besar Swedia di Baghdad. Sebelumnya, para pengunjuk rasa di Teheran juga melakukan aksi dengan membawa bendera Iran sambil menyerukan yel-yel menentang Amerika Serikat, Inggris, Israel, dan Swedia.
Pihak berwenang Swedia mengutuk aksi penodaan tersebut namun tetap mempertahankan kebebasan berbicara yang dijunjung tinggi di negara tersebut. Dalam upaya menjaga keamanan, badan intelijen Swedia meningkatkan tingkat kewaspadaan teror menjadi empat dari lima.
Salwan Momika, yang berasal dari Qaraqosh, Irak utara, lahir dalam keluarga Katolik Asiria. Pada masa kekerasan sektarian antara 2006-2008, ia bergabung dengan Partai Patriotik Asiria dan bekerja sebagai penjaga keamanan di Mosul. Setelah ISIS merebut Mosul pada 2014, ia bergabung dengan Pasukan Mobilisasi Populer (PMF) dan tampil dalam rekaman dengan mengenakan perlengkapan militer serta menyatakan kesetiaan pada Brigade Imam Ali.
Pada 2017, Momika pindah ke Jerman dengan menggunakan visa Schengen. Ia kemudian secara terbuka meninggalkan keyakinannya dan mengidentifikasi dirinya sebagai ateis. Setelah mencari suaka di Swedia pada 2018, Momika diberikan status pengungsi. Namun, permohonannya untuk tempat tinggal tetap ditolak pada 2021 karena ketidakkonsistenan dalam permohonan suakanya, termasuk klaim terkait hubungan dengan Brigade Imam Ali.
Di Swedia, Momika sempat berinteraksi dengan politisi, termasuk anggota Parlemen Demokrat Kristen dan Demokrat Swedia. Ia juga menjajaki kemungkinan karier politik dengan partai tersebut. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok