Repelita, Tangerang - Seorang nelayan di Desa Karang Serang, Kabupaten Tangerang, Darsono (55), mengaku pasrah dengan adanya pemasangan pagar misterius di pesisir laut.
Darsono menganggap jika nelayan merupakan orang kecil yang tidak bisa berbuat banyak terhadap pemasangan pagar laut tersebut. "Tapi kalau pemerintah mau dibikin apa ya gimana lah, terserah lah. Orang kecil mah gak bisa apa-apa, namanya kita orang kecil," ungkapnya.
Dia mengatakan, akibat adanya pemasangan pagar laut, dirinya dan nelayan lain kesulitan untuk mencari hasil tangkapan laut yang mayoritas berada di pinggir pantai. Hasil tangkapan yang biasanya didapat di area tersebut adalah udang, kerang, hingga kepiting rajungan. Namun, dengan adanya pagar laut itu, dia enggan mengambil risiko.
"Kalau mendekat ke area pagar laut, kapal nelayan bisa menabrak dan menyebabkan kerusakan pada kapal. Sekarang lebih menjauh, apalagi kalau masuk ke situ, anginnya kencang kan kita takut nabrak," ujar Darsono.
Hasil tangkapan udang dan kerang itu merupakan mata pencahariannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga. "Ya kan hasil kita cari di pinggir-pinggir itu buat makan. Cuma buat makan. Sekarang kalau ada pagar laut udah gak bisa lagi, angin kencang kan kita susah buat ke tengah. Makanya sekarang nganggur total," tutur Darsono.
Menurut Darsono, pagar laut itu telah dibangun selama kurang lebih 8 bulan, diperkirakan sejak Agustus 2024. Hal tersebut sangat berdampak bagi para nelayan, karena kesulitan untuk berlayar. "Lewatnya satu susah, terus biasanya kita nebar jaring ke pinggir, cuma sekarang gak bisa. Soalnya kan pagarnya gak lurus, di pinggirnya kan dikasih lagi berbentuk zig-zag," ungkapnya.
Parahnya lagi, nelayan sekitar tidak diberi informasi terkait adanya pemasangan pagar laut, dan tidak tahu untuk apa pagar misterius itu dibuat. "Misalnya kita mau lari ke Tanjung Kait, kan biasanya kita udah keluar langsung lurus, sekarang belok. Enggak bisa masuk ke pinggir lagi, takut nabrak," ujarnya.
"Karena kalau orang kecil takut kena denda kan katanya itu pembangunan pemerintah, jadi kita agak jauhan dikit," sambungnya.
Darsono menambahkan, dirinya merasa kebingungan dengan adanya pembangunan pagar laut tersebut, terutama jika cuaca sedang tidak bersahabat. "Kalau cuaca kayak gini, nelayan kecil gak bisa ke pinggir, tengah kita takut gelombang besar, ke pinggir banyak pagar," tukasnya.
Pagar laut misterius itu terbuat dari bambu setinggi 6 meter dan terbentang sepanjang enam kecamatan yang meliputi 16 desa dengan panjang lebih dari 30 kilometer. Berdasarkan pantauan di Desa Karang Serang, Kecamatan Sukadiri, Kabupaten Tangerang, pagar tersebut berdiri tegak satu dengan lainnya dan tak tergoyahkan meskipun dihempas ombak. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok