Repelita Jakarta - Pernyataan Presiden Prabowo Subianto mengenai perluasan lahan sawit tanpa kekhawatiran terhadap deforestasi menuai kritik dari berbagai pihak, termasuk aktivis lingkungan dan pengamat politik.
Dalam pidatonya, Prabowo menegaskan bahwa pembukaan lahan sawit tidak perlu dikhawatirkan karena sawit juga memiliki manfaat sebagai pohon. Namun, pernyataan ini dinilai menunjukkan kurangnya pemahaman terhadap dampak lingkungan dari penggundulan hutan.
Pengamat politik, Rocky Gerung menilai, pendekatan pemerintah dalam ekspansi perkebunan sawit berpotensi menimbulkan konflik agraria yang semakin meluas. "Perluasan sawit bukan sekadar isu ekonomi, tetapi juga berkaitan dengan hak-hak masyarakat adat dan petani kecil. Jika tidak ditangani dengan kebijakan yang bijak, ini bisa memicu konflik lahan yang berkepanjangan," ujar Rocky.
Menurutnya, kebijakan ini juga dapat merugikan reputasi Indonesia di mata internasional, mengingat semakin banyak negara yang menuntut komitmen kuat terhadap keberlanjutan lingkungan. Rocky menekankan bahwa strategi pemerintah seharusnya tidak hanya berorientasi pada keuntungan jangka pendek, tetapi juga mempertimbangkan aspek sosial dan ekologis. Ia menjelaskan, jika ekspansi sawit kerap dikaitkan dengan penggundulan hutan, hilangnya keanekaragaman hayati, serta meningkatnya emisi karbon. Beberapa kelompok juga memperingatkan bahwa pernyataan Prabowo dapat menjadi sinyal bagi industri untuk semakin agresif dalam membuka lahan baru, yang pada akhirnya bisa memperburuk deforestasi dan mempercepat krisis iklim.
Rocky menyarankan agar pemerintah lebih fokus pada inovasi dan teknologi yang mendukung praktik perkebunan berkelanjutan. Misalnya, pengolahan limbah sawit yang lebih efisien serta promosi ekonomi hijau yang dapat mengurangi ketergantungan terhadap ekspansi lahan baru. "Indonesia seharusnya mengambil pendekatan yang lebih inovatif dalam industri sawit, bukan sekadar membuka lahan baru. Ada banyak cara untuk meningkatkan produktivitas tanpa harus mengorbankan hutan," jelasnya.
Selain itu, Rocky menilai, sikap Prabowo yang tampak mengabaikan dampak lingkungan dikhawatirkan akan memicu reaksi negatif dari komunitas global. "Beberapa negara yang menjadi mitra dagang Indonesia, terutama di Eropa, telah memperketat regulasi terhadap impor produk sawit yang terkait dengan deforestasi," katanya.
"Jika kebijakan ekspansi sawit terus berlanjut tanpa mempertimbangkan aspek keberlanjutan, Indonesia bisa menghadapi hambatan perdagangan di pasar internasional," pungkasnya. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok