Repelita Jakarta - Pengamat Kebijakan Publik, Muhammad Said Didu, buka suara terkait viralnya Kepala Desa Kohod, Arsin bin Sanip, usai debat dengan Menteri ATR/BPN Nusron Wahid soal polemik pagar laut. Melalui akun X miliknya, Said Didu menyebut Arsin sebagai Kepala Desa yang paling vokal dalam melawan dan membuka kasus PIK 2.
"Kades ini paling keras melawan perjuangan membuka kasus PIK-2," tulis akun X @msaid_didu. Ia bahkan menyebut Arsin sebagai komando bagi beberapa desa lain di sekitarnya.
Said Didu mengaku kerap dikejar oleh preman yang beroperasi di Desa Kohod dan sekitarnya. "Sampai sekarang di Desa Kohod dan desa lain di bawah 'komando' ybs masih pasang berbagai foto saya. Saya sudah berkali-kali dikejar preman mereka jika saya datang ke desa tersebut," ujarnya.
Dalam unggahannya, Said Didu juga memposting beberapa baliho yang terpasang di berbagai titik di wilayah tersebut. Baliho tersebut berisi penolakan keras terhadap provokasi yang dinilai berasal dari Said Didu dan kawan-kawannya.
"Kami Masyarakat Kec. Pakuhaji, Tangerang, Banten Menolak Keras Provokasi Said Didu CS. Kedatangan dan gerakan Said Didu CS dan kawan-kawan pembuat Provokasi dan Hoax, Pemecah Belah Kerukunan Antar Etnik, Pembuat Fitnah dan Adu Domba," tulis baliho tersebut.
Unggahan tersebut ramai mendapatkan sorotan publik di media sosial X. Beberapa netizen memberikan tanggapan keras terhadap Said Didu. "Londo ireng Pengkhianat Bangsa," sebut @RahMan277269.
"Mereka lebih memilih susah daripada kenyamanan.. Londo Ireng," ujar @Gonzalesgozin46. "Dialah penghianat bangsa sesungguhnya, menjual tanah air Indonesia kepada penjajah," sebut @Muhamma87797214. "Lurah antek oligarki; Arsin bin Sanip. Cino ireng," sebut @donxwitter. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok