Repelita Jakarta - Langkah Badan Gizi Nasional (BGN) membuka peluang menjadikan serangga sebagai bagian dari menu program Makan Bergizi Gratis (MBG) memicu diskusi hangat di kalangan masyarakat.
Sosok Dadan Hindayana, Kepala BGN yang baru dilantik pada Agustus 2024, menjadi sorotan setelah melemparkan ide ini. Dadan, yang memiliki latar belakang keahlian di bidang serangga dari Institut Pertanian Bogor (IPB), mengungkapkan bahwa di sejumlah daerah, serangga seperti belalang dan ulat sagu sudah menjadi bagian dari tradisi kuliner lokal.
Menurutnya, serangga dapat menjadi alternatif sumber protein yang terjangkau, terutama di daerah yang memiliki potensi sumber daya lokal terbatas.
Namun, wacana ini menuai kritik tajam, salah satunya dari pegiat media sosial Dokter Tifa. Ia mempertanyakan kelayakan seorang ahli serangga memimpin lembaga yang bertanggung jawab atas masalah gizi nasional.
“Kayak enggak ada orang lain saja. Ratusan ahli gizi yang kompeten malah tidak dipilih, sementara 280 juta rakyat Indonesia harus diurusi gizinya oleh seorang ahli serangga,” ujarnya melalui kanal YouTube dan media sosial X, Selasa (28/1/2025).
Dokter Tifa juga menyoroti keputusan untuk mempertimbangkan serangga sebagai pengganti protein hewani dalam menu MBG. Ia mempertanyakan apakah kondisi Indonesia sedemikian memprihatinkan sehingga anak-anak harus diberi makan serangga.
Sementara itu, Dadan menegaskan bahwa serangga bukan menu wajib dalam program MBG. Ia menekankan bahwa standar gizi nasional tidak menetapkan menu seragam, melainkan menyesuaikan dengan potensi sumber daya lokal.
“Kalau suatu daerah banyak ikan, maka ikanlah yang akan jadi mayoritas. Begitu pula jika daerah terbiasa makan jagung atau serangga, itu bisa menjadi bagian dari menunya,” kata Dadan. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok