Repelita Jakarta - Sorotan media internasional terhadap mantan Presiden Joko Widodo terus berlanjut, dengan berbagai laporan yang menyoroti dugaan korupsi selama masa kepemimpinannya.
Pengamat politik, Rocky Gerung, menyebut bahwa tekanan global terhadap Jokowi semakin nyata, mendorong sistem keadilan internasional untuk mengungkap berbagai dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh pemerintahan sebelumnya.
“Momentum itu akhirnya tiba karena sistem internasional mendorong pembuktian bahwa Jokowi adalah seorang penguasa yang korup,” ujar Rocky dalam pernyataannya.
Ia menambahkan bahwa berbagai media asing, termasuk CNN dan Channel News Asia, telah menyoroti laporan yang mengungkap dugaan korupsi yang melibatkan Jokowi dan lingkaran dalamnya.
Rocky juga menyoroti bagaimana pendukung Jokowi, yang ia sebut sebagai “ternak Mulono”, semakin agresif dalam membela mantan presiden tersebut di tengah meningkatnya tekanan global.
“Mereka tergopoh-gopoh untuk membantah reaksi dari sistem internasional, tetapi semakin banyak media yang mengangkat isu ini,” katanya.
Menurut Rocky, laporan investigasi dari Organised Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) menjadi salah satu faktor utama yang memicu gelombang pemberitaan ini.
Temuan OCCRP menempatkan Jokowi dalam sorotan tajam terkait dugaan penyalahgunaan kekuasaan dan praktik korupsi yang melibatkan berbagai sektor, termasuk ekonomi dan investasi.
Sorotan global terhadap kasus ini juga menempatkan Presiden Prabowo Subianto dalam posisi yang semakin sulit.
Rocky menilai bahwa Prabowo harus segera mengambil langkah tegas untuk menanggapi tekanan internasional, terutama dalam menjaga stabilitas politik dan menarik kepercayaan investor asing.
“Presiden Prabowo harus turun tangan. Dunia internasional kini mengawasi Indonesia, dan investor asing mulai mempertanyakan stabilitas politik di dalam negeri,” lanjutnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa para diplomat asing di Jakarta mulai mendiskusikan isu ini secara intensif, menandakan bahwa dampaknya tidak hanya terbatas pada ranah politik domestik, tetapi juga relasi internasional Indonesia.
Di sisi lain, Rocky menyoroti bagaimana opini publik dalam negeri mulai berbalik. Meskipun sebelumnya lembaga-lembaga survei melaporkan tingkat kepuasan publik terhadap Jokowi yang tinggi, kini kepercayaan tersebut mulai runtuh seiring dengan semakin banyaknya informasi yang beredar.
“Opini publik tidak lagi berpihak kepada mereka. Bahkan lembaga survei yang dulu menyatakan kepuasan 82% terhadap Jokowi kini harus menghadapi realitas bahwa dunia internasional justru mengungkap fakta-fakta yang bertolak belakang,” ujarnya.
Dengan eskalasi isu ini, Rocky memperkirakan bahwa tekanan terhadap pemerintahan Prabowo untuk mengambil sikap akan semakin besar dalam beberapa bulan ke depan. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok