Repelita Jakarta - DPR Filipina menunjukkan ketegasan dan keberanian dengan mengajukan mosi pemakzulan terhadap Wakil Presiden Sara Duterte. Sara, putri dari mantan Presiden Rodrigo Duterte, dituduh melakukan berbagai penyimpangan, termasuk korupsi dan dugaan percakapan politik untuk menelikung Presiden Marcos Jr.
Hal ini memicu perbandingan dengan Indonesia, di mana Gibran Rakabuming Raka, anak dari mantan Presiden Joko Widodo, juga menghadapi kritik keras karena dianggap memiliki cacat administrasi dan berperilaku yang tidak sesuai dengan harapan publik.
M Rizal Fadillah, seorang pemerhati politik, mengungkapkan bahwa DPR Indonesia seharusnya dapat meniru ketegasan DPR Filipina dalam mengambil tindakan terhadap pemimpin yang dinilai bermasalah.
Ia menyebut Gibran dan Jokowi sebagai contoh kepemimpinan yang buruk, menyebabkan apa yang ia sebut sebagai "tragedi" bagi bangsa Indonesia. Meskipun ada dorongan besar untuk memakzulkan Gibran, Fadillah merasa DPR Indonesia terlalu takut dan belum berani bertindak, berbeda dengan Filipina yang berani menghadapi tokoh-tokoh bermasalah dengan mosi pemakzulan.
Fadillah juga menekankan bahwa reformasi di Filipina, yang dikenal dengan gerakan People Power, harus menjadi pelajaran bagi Indonesia. Menurutnya, rakyat Indonesia harus mendesak pemakzulan Gibran dan penuntutan terhadap Jokowi untuk mencegah timbulnya gerakan yang lebih radikal, seperti revolusi.
Ia mengingatkan bahwa jika DPR Indonesia terus tidak berani bertindak, Indonesia bisa mengulangi pelajaran yang sudah diberikan Filipina, yang dipicu oleh kegagalan parlemen untuk mengawasi dan menindak kekuasaan.
M Rizal Fadillah mengajak masyarakat Indonesia untuk memperjuangkan perubahan yang lebih substansial dalam sistem politik negara, dengan cara mendesak DPR untuk bertindak lebih tegas, terutama dalam menghadapi para pemimpin yang terbukti menyalahgunakan kekuasaan.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok