%20(Custom).jpg)
Repelita Jakarta - Kasus elpiji 3 kg yang menyeret nama Bahlil Lahadalia menjadi puncak dari berbagai kontroversi yang mencoreng citra Menteri ESDM di bawah pemerintahan Presiden Prabowo. M Rizal Fadillah, seorang Pemerhati Politik dan Kebangsaan, menilai bahwa Bahlil merupakan kepanjangan dari kepentingan mantan Presiden Joko Widodo.
Dalam pidatonya di hadapan jajaran Partai Golkar, Bahlil terlihat seolah-olah menjadi abdi dalem bagi Jokowi. Setelah Jokowi menekan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto agar mundur, Bahlil muncul sebagai figur yang disiapkan untuk mengambil alih. Hal ini membuat Golkar tersandera dan membuka jalan bagi Bahlil untuk terpilih dengan mudah sebagai ketua umum.
"Orang banyak tidak mengenal Bahlil Lahadalia sebagai sosok yang memiliki karier panjang di Partai Golkar," kata Rizal Fadillah. Menurutnya, partai sebesar Golkar seharusnya tidak begitu mudah dipimpin oleh figur yang tidak memiliki reputasi kuat. Fenomena ini menunjukkan bahwa partai politik bisa rapuh dan mudah terkuasai.
Golkar kini dirugikan oleh profil dan kapasitas Bahlil. Menteri yang penuh kontroversi ini dianggap bisa membuat partai kehilangan wibawa. Rizal Fadillah mengungkapkan berbagai skandal yang membayangi Bahlil, mulai dari dugaan jual beli izin tambang, pernyataan bahwa tenaga kerja lokal tidak berkualitas, konflik Rempang, hingga masalah aplikasi OSS yang dianggap sebagai "mobil rusak".
Tidak hanya itu, Bahlil juga disebut-sebut terlibat dalam dugaan konsumsi minuman keras sebanyak 38 juta liter serta skandal terkait elpiji 3 kg. Menurut Rizal Fadillah, Presiden Prabowo didesak untuk segera memecat Bahlil dari jabatannya.
"Kader Golkar pasti akan gerah. Bukan tidak mungkin akan muncul suara-suara yang menolak kepemimpinan Bahlil," ujar Rizal Fadillah. Ia menambahkan bahwa Jokowi bukan lagi presiden, sehingga pengaruhnya mulai memudar.
Rizal Fadillah juga menekankan bahwa mempertahankan Bahlil sebagai Ketua Umum Partai Golkar hanya akan membuat partai tersebut rugi besar. "Golkar bukan PSI yang mengadopsi paham Jokowisme," tegasnya. Ia menilai keputusan mempertahankan Bahlil tidak sehat secara rasional maupun moral.
Menurut Rizal Fadillah, kasus elpiji 3 kg yang dinilai fatal dapat menjadi alasan kuat untuk menggulingkan Bahlil dari jabatannya. "Ini adalah momen yang ditunggu rakyat. Perlu keberanian untuk menembus kebekuan politik yang sudah membatu," pungkasnya.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok