Repelita, Jakarta - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang telah berjalan selama sebulan sejak 6 Januari 2025, mendapat kritik dari beberapa pihak, termasuk dari para siswa penerima manfaat. Meskipun tujuan program ini adalah untuk memberikan makan gratis setiap hari, banyak siswa yang merasa kurang puas dengan kualitas makanan yang disajikan.
Beberapa siswa yang ditemui mengungkapkan ketidakpuasan mereka terhadap menu yang diberikan. "Hambar!" dan "Tidak enak sekali," demikian keluhan yang disampaikan oleh beberapa siswa dari SMP Negeri 17 Makassar. Aksamadani, seorang siswa kelas 7, mengaku jarang menghabiskan makanan MBG yang diberikan, karena tidak suka dengan rasa sayurannya. "Keraski wortelna, baru hambarki sayur jagungna," ujarnya.
Selain itu, Aksa juga mengungkapkan bahwa temannya sering menemukan makanan yang sudah rusak, seperti tempe yang sudah menghitam dan telur yang berjamur. "Telurnya biasa kayak jamur-jamur. Ada jamur bintik-bintik. Telur balado," katanya.
Siswa lain, Alifa, juga mengungkapkan ketidaksukaannya terhadap makanan MBG. "Saya hampir tiap hari nda kumakan. Biasa kukasi temanku atau guruku," ujarnya. Alifa bahkan menceritakan bahwa dia pernah menemukan ayam krispi yang disajikan masih berdarah. "Itu hari ada temanku dapat ayam krispi tapi masih ada darahnya," katanya dengan tegas.
Meski demikian, beberapa siswa juga mengungkapkan bahwa mereka sesekali menikmati beberapa menu yang lebih enak, seperti daging dengan kentang. "Itu enak sekali," kata Ilvy dan Tiwi, dua siswa kelas 9. Namun, mereka mencatat bahwa menu tersebut hanya disajikan dua kali dalam sebulan, sementara menu lainnya tidak sesuai dengan selera mereka.
Walaupun begitu, mereka tetap menerima makanan yang tidak mereka sukai dengan alasan agar tidak terbuang sia-sia. "Kumakanji, karena tidak enakki. Karena takutki nanti mubasir. Minimal dimakani, dihargai," kata Ilvy.
Pada awalnya, para siswa merasa senang dengan adanya program ini karena bisa mendapatkan makanan gratis setiap hari. Orang tua mereka juga merasa terbantu karena pengeluaran untuk jajan anak-anak bisa berkurang. Aksa, misalnya, yang biasa membawa uang Rp20 ribu, kini hanya membawa Rp10 ribu karena sudah mendapatkan makan dari program MBG. "Saya Rp20 ribu biasa kubawa. Tapi mamaku bilang Rp10 ribumo, karena sudah ada MBG," tutur Aksa.
Namun, Aksa berharap uang jajannya bisa kembali dinaikkan. "Jadi kumakan-makan, tapi nda kusukai. Kubilang, ma kasi naikmi deh. Karena biasa nda kumakanji dari Prabowo," keluhnya.
Saat ini, Badan Gizi Nasional mencatat bahwa program MBG telah menjangkau 730 ribu penerima manfaat di seluruh Indonesia, termasuk di Makassar yang pada tahap pertama menyasar 10 ribu siswa dari 198 ribu siswa yang ada.
Plt Kepala Dinas Pendidikan Makassar, Nielma Palamba, menjelaskan bahwa penentuan sasaran penerima manfaat dan menu makanan sepenuhnya diatur oleh Badan Gizi Nasional. "Untuk tahap 1 itu tiga kecamatan. Semua urusan dari sasaran sampai makanan, semua BGN," ujarnya. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok