Repelita, Jakarta - Pengamat politik Rocky Gerung mengkritik kebijakan terbaru pemerintah terkait penataan distribusi elpiji 3 kilogram yang diterapkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia.
Pada 1 Februari 2025, pemerintah mengubah aturan penjualan elpiji 3 kilogram dengan melarang pengecer untuk menjual gas melon secara langsung kepada masyarakat.
Kebijakan ini menyebabkan kesulitan bagi masyarakat, terutama kalangan miskin, yang kini harus mengantre panjang di pangkalan untuk mendapatkan gas tersebut. Di Pamulang, Tangerang Selatan, bahkan terjadi insiden meninggalnya seorang warga, Yonih (62), yang kelelahan saat mengantre untuk membeli elpiji pada Senin (3/2/2025).
Rocky Gerung menilai kebijakan tersebut tidak mencerminkan semangat Pancasila. "Keluarga miskin itu seharusnya diberikan kesempatan pertama. Akhirnya kita lihat mereka antre ratusan meter, itu kan bukan peradaban yang Pancasilais," ujar Rocky dalam unggahan video di YouTube Rocky Gerung Official. Ia menambahkan bahwa Bahlil seharusnya lebih mempertimbangkan dampak sosial dari kebijakan tersebut dan tidak hanya fokus pada efisiensi distribusi.
Menurut Rocky, Bahlil tidak mempersiapkan solusi terhadap masalah yang muncul akibat perubahan kebijakan. "Bahlil mengucapkan bersabar nanti akan diatur tidak ada kelangkaan, ya faktanya ada antrean," ujarnya. Rocky juga mengkritik kurangnya strategi mitigasi dalam kebijakan tersebut dan menyatakan bahwa pemerintah sering kali membuat kebijakan tanpa mempertimbangkan dampak teknisnya.
Di akhir komentarnya, Rocky Gerung menyebutkan bahwa beberapa menteri di Kabinet Merah Putih Presiden Prabowo Subianto tidak memiliki kapasitas untuk menangani permasalahan tersebut. "Menteri Prabowo itu tidak becus, tidak punya kapasitas, tidak punya strategi mitigasi," ujar Rocky. Ia pun membandingkan kinerja menteri saat ini dengan era pemerintahan Presiden Soeharto dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). "Beberapa menteri itu kurang, jika kita bandingkan dengan menteri zaman Pak SBY, saat itu ada krisis dengan mudah diatasi," ucap Rocky.
"Apalagi di zaman Pak Harto enggak ada antrean begini, di zaman Orde Baru yang dipentingkan adalah kebutuhan dasar. Energi itu harus tersedia 24 jam," tambahnya.
Menyikapi kritikan ini, Bahlil Lahadalia meminta maaf atas meninggalnya warga yang kelelahan mengantre gas elpiji. Dalam keterangan di pangkalan elpiji Kemanggisan, Jakarta Barat, Selasa (4/2/2025), Bahlil menyatakan bahwa antrean tersebut terjadi karena pemerintah tengah melakukan penataan regulasi. Ia berjanji untuk segera memperbaiki sistem agar masyarakat bisa mendapatkan elpiji dengan lebih mudah dan cepat.
Pemerintah juga mengaktifkan kembali pengecer elpiji 3 kilogram yang akan berfungsi sebagai subpangkalan setelah mendapatkan instruksi dari Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Bahlil menjelaskan bahwa subpangkalan tersebut akan dilengkapi dengan sistem untuk memonitor harga dan distribusi gas agar dapat menghindari penyimpangan dalam subsidi elpiji.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok