Repelita Jakarta - Ekonomi China menghadapi tekanan berat akibat perang dagang yang semakin memanas dengan Amerika Serikat.
Presiden Amerika Serikat memberlakukan tarif impor sebesar 145 persen terhadap sebagian besar barang dari China pada awal April 2025.
Langkah ini memicu ketegangan baru dalam hubungan perdagangan kedua negara.
Sebagai respons, pemerintah China berjanji akan memperkuat dukungan terhadap lapangan kerja dan perekonomian domestik.
Namun, para analis menilai bahwa langkah tersebut belum cukup untuk mengatasi dampak negatif dari perang dagang yang berkepanjangan.
Gigin Praginanto, seorang pengamat ekonomi internasional, menyatakan bahwa kondisi saat ini ibarat "tinggal tunggu siapa tumbang duluan".
Ia menambahkan bahwa kedua negara saling menunggu siapa yang akan menyerah terlebih dahulu dalam perang tarif ini.
Pertumbuhan ekonomi China pada kuartal pertama 2025 tercatat sebesar 5,4 persen, sedikit di atas ekspektasi.
Namun, angka ini belum mencerminkan dampak penuh dari tarif baru yang diberlakukan oleh Amerika Serikat.
Para pelaku usaha di China mulai merasakan tekanan akibat meningkatnya biaya produksi dan menurunnya permintaan ekspor.
Beberapa perusahaan bahkan mempertimbangkan untuk memindahkan produksi mereka ke negara lain guna menghindari tarif tinggi.
Pemerintah China berupaya menjaga stabilitas ekonomi dengan berbagai stimulus dan insentif bagi sektor industri.
Namun, efektivitas kebijakan ini masih dipertanyakan oleh para ekonom.
Mereka menilai bahwa tanpa penyelesaian konflik dagang dengan Amerika Serikat, ekonomi China akan terus menghadapi tantangan berat.
Situasi ini juga berdampak pada perekonomian global, termasuk Indonesia.
Sebagai mitra dagang utama China, Indonesia perlu mewaspadai dampak lanjutan dari perlambatan ekonomi negeri Tirai Bambu tersebut.
Pemerintah Indonesia diharapkan dapat mengambil langkah antisipatif untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik.
Dengan kondisi yang terus berkembang, dunia menantikan langkah selanjutnya dari kedua negara adidaya ini dalam menyelesaikan konflik dagang yang berkepanjangan.
Apakah akan ada titik temu atau justru eskalasi lebih lanjut.
Hanya waktu yang akan menjawab.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok