Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Gara-gara Takut difoto Ijazahnya, Trending "Diploma Challenge" dan Animasi AI Ulympus Galia Medusa

 

Repelita, Jakarta - Gara-gara takut difoto ijazahnya, mantan presiden yang kini menjadi sorotan kembali memicu reaksi keras dari publik. Warganet pun merespons dengan kreatif, menciptakan tren baru di media sosial yang disebut "Diploma Challenge" dan bahkan melahirkan sebuah animasi AI yang menyindir peristiwa tersebut.

Kehebohan bermula ketika media yang hendak meliput di depan rumah mantan presiden di kawasan Sumber, Solo, dilarang mengabadikan momen dengan perangkat komunikasi mereka. Pengawalnya meminta agar semua alat dokumentasi diserahkan sebelum mendekat.

Tindakan ini menambah kecurigaan publik, terutama setelah kelompok seperti TPUA dan TPIJ mengajukan tuntutan terbuka agar sang mantan presiden menunjukkan ijazah asli. Namun, alih-alih mengungkapkan dokumen pendidikan tersebut, ia justru beralasan hanya akan melakukannya di pengadilan. Hal ini memicu kekecewaan dan ketidakpercayaan di kalangan masyarakat.

Menanggapi hal tersebut, warganet Indonesia yang dikenal kreatif langsung bergerak. Mereka menciptakan tren "Diploma Challenge" dengan mengunggah foto-foto ijazah dan momen wisuda pribadi. Bahkan, beberapa tokoh ternama turut berpartisipasi, mulai dari tokoh akademik seperti Prof Tono Saksono dan Prof Zainal Arifin Mochtar, hingga tokoh publik seperti Ustadz Abdul Somad.

Tak hanya foto, fenomena ini juga menginspirasi pembuatan sebuah animasi AI yang berjudul "Ulympus Galia Medusa". Akun TikTok @matt_kampoeng mengunggah film berdurasi hampir tiga menit yang menggambarkan kisah fiktif dengan karakter bernama Junius Wedus, seorang pengadu domba yang berusaha menutupi kebenaran. Dalam film animasi tersebut, muncul sindiran terhadap tindakan mantan presiden yang menahan informasi penting mengenai ijazahnya.

Istilah "404 Ijazah Not Found" pun kembali menjadi viral, mengingatkan pada mural kontroversial yang sempat menghiasi dinding di kawasan Cengkareng beberapa waktu lalu. Pesan yang ingin disampaikan sangat jelas: meskipun tampak polos, tidak semua orang memiliki karakter yang baik.

Roy Suryo, seorang pemerhati telematika, menilai bahwa tindakan yang dilakukan oleh mantan presiden ini hanya semakin memperburuk citranya. Menurutnya, ada upaya mengadu domba dan memanipulasi opini publik melalui media. Namun, ia yakin bahwa kebenaran pada akhirnya akan terungkap dan masyarakat tidak akan mudah terpengaruh.

Masyarakat semakin sadar akan pentingnya transparansi dalam kepemimpinan, dan desakan agar mantan presiden diadili terus bergema. Tagar #AdiliJokowi dan #MakzulkanFufufafa menjadi tanda bahwa publik ingin melihat keadilan ditegakkan. (*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

ads bottom

Copyright © 2023 - Repelita.id | All Right Reserved