Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Gelombang Pencabutan Visa Mahasiswa Asing di AS, Kampus Ternama Protes Kebijakan Diam-Diam

Mahasiswa Universitas Michigan berjalan di kampus UM pada 3 April 2025 di Ann Arbor, Michigan. Minggu lalu, universitas tersebut mengumumkan penutupan Kantor Keanekaragaman, Keadilan, dan Inklusi (DEI), Kantor Kesehatan Inklusi, serta Rencana Strategis DEI 2.0, semua langkah ini diambil sebagai respons terhadap Perintah Eksekutif Presiden Donald Trump terkait DEI. Foto oleh Bill Pugliano/Getty Images/AFP.

Repelita Washington - Sejumlah universitas ternama di Amerika Serikat seperti Harvard, Stanford, University of Michigan, UCLA, dan Ohio State University mengungkapkan kekhawatiran atas pencabutan visa yang mendadak terhadap mahasiswa internasional mereka.

Langkah ini dinilai sebagai bentuk kontrol baru dari pemerintah AS yang dilakukan secara diam-diam tanpa pemberitahuan sebelumnya kepada pihak kampus maupun mahasiswa.

Direktur Urusan Publik Migration Policy Institute, Michelle Mittelstadt, menyebut bahwa pencabutan visa merupakan bagian dari peningkatan pengawasan terhadap imigran oleh pemerintahan Trump. Menurutnya, yang dialami mahasiswa asing adalah bagian kecil dari kebijakan yang menyasar berbagai kelompok imigran.

“Apa yang terjadi pada mahasiswa internasional sebenarnya hanya sebagian kecil dari pengawasan besar yang diterapkan pemerintahan Trump terhadap berbagai kategori imigran,” jelas Michelle.

Mahasiswa internasional biasanya masuk ke AS dengan visa F-1 dan harus melalui proses seleksi ketat, termasuk wawancara di kedutaan atau konsulat, serta menunjukkan bukti dukungan keuangan dan surat penerimaan dari institusi pendidikan.

Setelah berada di AS, mereka berada di bawah pengawasan Student and Exchange Visitor Program (SEVP) yang dikelola oleh Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS). Visa ini juga mengharuskan mahasiswa untuk tetap aktif secara akademis dan hanya boleh bekerja dalam batasan tertentu selama masa studi.

Sebelumnya, jika visa mahasiswa dicabut, mereka masih bisa menyelesaikan pendidikan karena status tinggal legal tidak langsung dicabut. Namun dalam kebijakan baru, pencabutan visa berdampak langsung pada status tinggal, memaksa mahasiswa untuk segera meninggalkan AS atau menghadapi penahanan oleh otoritas imigrasi.

Wakil Presiden Urusan Pemerintahan American Council on Education, Sarah Spritzer, menyoroti bahwa tidak adanya kejelasan mengenai alasan pencabutan visa dapat menimbulkan ketakutan di kalangan mahasiswa. “Langkah-langkah seperti ini biasanya hanya dilakukan jika ada ancaman terhadap keamanan ketika visa mahasiswa dicabut. Tindakan pemindahan atau penangkapan secara cepat seperti ini adalah hal yang baru,” ujarnya.

Pihak kampus menyatakan bahwa pembatalan visa diketahui melalui sistem imigrasi federal, bukan dari pemberitahuan resmi pemerintah. “Kami baru mengetahui bahwa status tinggal dua mahasiswa kami telah dibatalkan, begitu juga dengan lima anggota komunitas kampus lainnya,” kata Rektor Universitas Massachusetts Boston, Marcelo Suárez-Orozco.

Mayoritas mahasiswa yang terdampak tidak memiliki pelanggaran berat. Dalam beberapa kasus, pelanggaran ringan seperti tilang lalu lintas bahkan disebut sebagai alasan pencabutan visa. Pemerintahan Trump sebelumnya juga menangkap aktivis pro-Palestina seperti Mahmoud Khalil dari Universitas Columbia. Namun kini, mahasiswa yang tidak terlibat dalam aksi serupa turut terdampak, memicu pertanyaan terhadap motif kebijakan ini.

Banyak universitas kini mengimbau mahasiswa untuk membawa dokumen keimigrasian saat bepergian dan menghindari perjalanan ke luar negeri tanpa konsultasi terlebih dahulu. “Kita tengah menghadapi situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Nilai-nilai mendasar dalam kehidupan demokratis kita sedang diuji, dan kita harus memikirkan cara terbaik untuk merespons kondisi ini,” ujar Marcelo.

Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Tammy Bruce, menolak memberikan kejelasan mengenai alasan pencabutan visa. Dalam konferensi pers di Gedung Putih, ia mengatakan, “Kami tidak pernah membahas detail tentang proses visa. Kami tidak mendiskusikan visa individu karena adanya masalah privasi yang terlibat. Kami juga tidak mengungkapkan statistik atau angka-angka, serta tidak memberikan alasan di balik apa yang terjadi pada visa individu.”

Ia menegaskan bahwa pencabutan visa dilakukan setiap hari sebagai bagian dari upaya menjaga keamanan perbatasan dan komunitas AS. “Departemen kami mencabut visa setiap hari untuk menjaga keamanan perbatasan dan komunitas AS, dan kami akan terus melanjutkan hal tersebut,” pungkasnya.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Bottom Post Ads

Copyright © 2024 - Repelita.id | All Right Reserved