Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Gibran Dinilai Gagal Pahami Isu Bangsa, Kepemimpinan Bukan Sekadar Warisan Nama Besar

Sikap Gibran di Debat Cawapres Dinilai Berpotensi Turunkan Elektabilitas  Paslon Nomor 2

Repelita Jakarta - Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka kembali menjadi sorotan publik.

Kritik tajam dilontarkan oleh berbagai kalangan yang menilai bahwa gaya kepemimpinannya tidak mencerminkan etika dan pemahaman mendalam terhadap persoalan bangsa.

Dalam debat calon wakil presiden kedua, Gibran dinilai tidak beretika dan gagal memahami isu-isu penting.

Penampilannya disebut membongkar kamuflase kesantunan yang selama ini ditampilkan kepada publik.

Ia tidak memberikan penjelasan yang jelas dan terkesan menggurui lawan debatnya, Mahfud MD.

Hal ini menunjukkan lemahnya etika dan etiket dalam memahami persoalan yang dibahas.

Gibran juga dikritik karena memberikan contoh yang tidak relevan dalam debat tersebut.

Ia langsung melompat dengan menyebut aksi demonstrasi di Prancis tanpa menjelaskan relevansinya secara mendalam.

Sebaliknya, jawaban Mahfud dinilai lebih tepat dan menunjukkan pemahaman yang lebih baik terhadap isu yang dibahas.

Kritik terhadap Gibran tidak hanya datang dari pengamat politik, tetapi juga dari masyarakat luas.

Banyak yang menilai bahwa Gibran tidak memiliki adab dan menggunakan gaya komunikasi yang konyol dalam debat.

Beberapa bahkan menganggap Gibran sombong dan ingin merendahkan lawan debatnya.

Dalam konteks kepemimpinan nasional, Gibran juga dinilai tidak mampu mengimbangi sosok Presiden Prabowo Subianto.

Keberadaannya di posisi strategis berpotensi merusak sistem politik, ekonomi, serta budaya bangsa.

Sejumlah pernyataan publik Gibran menunjukkan keterbatasan pemahamannya.

Salah satunya ketika ia menyarankan ibu hamil mengonsumsi asam sulfat saat kampanye Pilpres 2024.

Padahal zat tersebut merupakan bahan kimia berbahaya dan tidak untuk dikonsumsi manusia.

Sebagai pemimpin, kemampuan komunikasi sangat penting.

Namun Gibran sering kali terkesan kaku dan tidak inspiratif dalam menyampaikan gagasan.

Ia bahkan tidak memahami kosa kata dan semiotika secara mendalam.

Akibatnya, ia gagal membangun kepercayaan publik dan tim internalnya.

Situasi ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai kapasitas dan kesiapan Gibran dalam menjalankan tugas negara.

Apakah ini wajah kepemimpinan yang diharapkan rakyat di tengah kompleksitas persoalan bangsa?

Indonesia membutuhkan pemimpin yang bukan hanya populer karena nama besar keluarga.

Namun harus benar-benar memahami denyut nadi rakyat dan mampu memimpin dengan keteladanan.

Kritik terhadap Gibran mencerminkan kekhawatiran terhadap arah kepemimpinan nasional ke depan.

Diperlukan evaluasi menyeluruh agar pemimpin yang dihasilkan benar-benar layak dan mampu membawa Indonesia ke arah kemajuan yang berkeadaban.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

ads bottom

Copyright © 2023 - Repelita.id | All Right Reserved