Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Kunjungan Prabowo ke Timur Tengah Dinilai Perkuat Posisi Indonesia di Panggung Global

Kunjungi Negara-negara Timur Tengah, Prabowo Dinilai Berpeluang Menjadi Pemimpin Dunia

Repelita Jakarta - Kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Uni Emirat Arab, Turki, Mesir, Qatar, dan Yordania dilakukan untuk membangun hubungan politik dan memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional, khususnya di kawasan Global South.

Agenda politik dan ekonomi yang dibawa Prabowo dalam lawatan tersebut mendapatkan sambutan positif dari negara-negara yang disinggahi.

Melihat komitmen Prabowo dalam membangun solidaritas global, dirinya dinilai memiliki peluang besar menjadi pemimpin baru dunia.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Dewan Direktur GREAT Institute, Syahganda Nainggolan, dalam forum diskusi bertema “Mencermati Arah Politik dan Diplomasi Prabowo di Timur Tengah dan Turki” yang digelar di kantor GREAT Institute, Jalan Taman Gunawarman, Jakarta Selatan.

Meski demikian, Syahganda menilai bahwa pemerintah Indonesia tetap perlu membangun komunikasi politik yang lebih baik, agar kebijakan luar negeri tidak menimbulkan persepsi negatif.

Diskusi tersebut juga menghadirkan tiga pemantik utama yaitu Dr. Nurhayati Assegaf, Dr. Hilmy Bakar Almascaty, dan Dr. Teguh Santosa.

Sejumlah ilmuwan dan pemerhati turut memberikan tanggapan, antara lain Dr. Rizal Darmaputra, Dr. Zarmansyah, Dr. Indra Kusuma Wardhani, Dr. Rahmi Fitrianti, Prof. Iswandi Syahputra, dan Dr. Sudarto.

Hadir pula Smith Alhadar, Omar Thalib, Dr (Cand.) Turino, Ir. Abdullah Rasyid, Ir. Wahyono, dan Ir. Hanief Adrian.

Direktur Geopolitik GREAT Institute, Dr. Teguh Santosa, menjelaskan bahwa setiap negara menghadapi dilema dalam menghadapi tatanan internasional yang bersifat anarkis.

Menurutnya, hubungan dengan negara lain harus dibangun tanpa menciptakan ketergantungan.

“Salah besar bila kita mengatakan bahwa antitesa dari ketergantungan pada satu negara hegemonik adalah dengan bersandar pada negara hegemonik lain. Antitesa dari ketergantungan adalah meniadakan ketergantungan itu, baik pada satu negara maupun negara lainnya,” tegas Teguh.

Ia menyebut dinamika global seperti perang tarif antara Amerika Serikat dan Tiongkok harus dimanfaatkan Indonesia untuk membangun kemitraan dengan negara-negara lain berdasarkan prinsip saling menghormati kedaulatan.

Teguh yakin kunjungan Presiden Prabowo ke berbagai negara dilakukan dalam kerangka membangun kemitraan tersebut.

Sementara itu, Dr. Zarmansyah mengingatkan bahwa Indonesia memiliki investasi besar dalam upaya perdamaian dunia.

Namun, menurutnya, investasi itu seringkali ditinggalkan begitu saja tanpa tindak lanjut.

“Saya berharap Presiden Prabowo juga memberikan perhatian pada investasi perdamaian yang sudah kita lakukan di banyak negara. Kehadiran Indonesia dalam menjaga perdamaian harus difollow up dengan kerja sama ekonomi agar kita memiliki mitra alternatif yang lebih luas,” ungkap Zarmansyah. (*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Bottom Post Ads

Copyright © 2024 - Repelita.id | All Right Reserved