Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

The Killing Ground, Siapa Musuh dalam Selimut Prabowo?

 Prabowo Jawab Tuntutan Purnawirawan TNI Copot Wapres Gibran | Mata Nurani

Repelita Jakarta – Kekuatan politik yang sedang berlangsung di Indonesia saat ini menjadi bahan perbincangan hangat, terutama terkait dengan strategi yang diterapkan oleh Presiden Prabowo Subianto dalam menghadapi transisi kekuasaan. Dalam sebuah tulisan yang mencuat ke permukaan, strategi tersebut disebut sebagai "The Killing Ground", yang menyiratkan taktik yang digunakan untuk menyingkirkan lawan secara sistematis tanpa benturan langsung.

Mantan Kepala Aksi Advokasi PIJAR era 90-an, yang kini aktif di Indonesia Democracy Monitor, Agusto Sulistio, menceritakan pengalamannya pada 27 Juli 1996 ketika terlibat dalam tragedi Kudatuli. Dari pengalaman tersebut, ia belajar sebuah pelajaran hidup yang mendalam tentang politik: “Jangan terjebak di permukaan politik. Yang kamu lihat hanya panggung. Tapi yang menentukan adalah medan tak terlihat,” kata almarhum ayahnya, yang juga seorang pensiunan TNI.

Saat ini, dengan melihat transisi kekuasaan dari Presiden Jokowi ke Prabowo, paradigma politik yang tampak tertib ini ternyata menyembunyikan banyak intrik di baliknya. Para politikus yang sebelumnya memusuhi Prabowo kini mendekati barisan pendukungnya, namun ini lebih kepada penyamaran politik daripada rekonsiliasi ideologis.

Prabowo, menurut Agusto Sulistio, tampaknya mengetahui bahwa faksi-faksi dalam kelompok pendukungnya memiliki berbagai kepentingan. Beberapa faksi ini, yang termasuk elit bisnis dan birokrasi lama, berpotensi mengancam arah kebijakan pemerintahan Prabowo. Namun, dengan strategi "The Killing Ground", Prabowo diduga akan menunggu momen yang tepat untuk menyingkirkan faksi-faksi tersebut tanpa perlawanan langsung.

Dalam ilmu strategi militer dan intelijen, "The Killing Ground" mengacu pada zona yang sengaja diciptakan untuk menjebak musuh. Lawan yang masuk ke dalam area ini akan disingkirkan satu per satu, tanpa kekerasan, melainkan melalui narasi publik, kebijakan, dan keputusan hukum yang mengarah pada pembersihan struktur kekuasaan lama.

Agusto Sulistio juga mencatat bahwa strategi ini mengingatkan pada langkah-langkah yang diambil oleh pemimpin dunia lainnya, seperti Xi Jinping yang membersihkan loyalis pendahulunya melalui operasi anti-korupsi, dan Recep Tayyip Erdogan yang menggunakan momen kudeta gagal untuk mengeliminasi faksi tertentu. Namun, meskipun berpotensi berisiko, langkah-langkah tersebut mampu mengubah peta politik negara mereka.

Selain itu, Agusto Sulistio juga mengingatkan rakyat Indonesia untuk tetap waspada terhadap propaganda politik dan untuk mendukung transparansi dalam pemerintahan Prabowo. Dukung perubahan yang nyata, bukan hanya melalui sorakan, tetapi dengan kesadaran kritis untuk mengawasi setiap kebijakan strategis yang dikeluarkan oleh pemerintahan baru ini.

Bagi Prabowo, ini adalah kesempatan untuk memilih jalan yang akan menentukan arah sejarah Indonesia. Apakah ia akan menjadi pemimpin yang dikendalikan oleh faksi status quo atau justru menjadi pemimpin reformis yang membersihkan sistem pemerintahan dari pengaruh-pengaruh lama? Itu adalah pilihan yang sangat krusial.

Sekali lagi, rakyat harus mendukung perubahan ini dengan kesadaran kolektif, karena hanya dengan cara itu Indonesia bisa menuju masa depan yang lebih baik dan bebas dari pengaruh kekuasaan yang menghalangi reformasi sejati.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

ads bottom

Copyright © 2023 - Repelita.id | All Right Reserved